Pringsewu, Jurnalis Investigasi News – Pilu sangat pilu pemandangan nyata, ditengah jaman era globalisasi dijaman serba canggih dengan serba diberi kemudahan saat ini, melalui media digital masih ada orang yang jauh dari kata layak mengenyam pemerataan kesenjangan sosial.
Rumah kayu yang dihuni mbah Parmin di Dusun Pekon Tengah, Pekon Pardasuka Selatan, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu itu tak seperti rumah yang lazim ditinggali orang-orang.
Rumah yang sudah hampir roboh tersebut dengan atap dan dinding-dindingnya menganga. Ketika hujan, mbah Parmin harus menahan dingin. Lantaran air dan angin dengan mudah merangsek masuk ke dalam rumahnya, dan saat cuaca panas, terik matahari menerobos melalui lubang di atap dan dinding-dinding yang terbuka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setiap hari mbah Parmin tidur dan bangun bersama rasa takutnya, perasaannya was-was jika rumah yang ia huni tiba-tiba ambruk.
Namun mbah Parmin tak bisa melakukan apa-apa. Di usia senja dan dengan tubuh rentanya, mbah Parmin hanya bekerja sebagai pemulung.
Ia hanya mendapatkan uang setelah berjalan berkilo-kilo meter mengumpulkan barang bekas, uang yang di dapat pun hanya cukup untuk Ia makan hari itu juga. Bahkan terkadang mbah Parmin harus pulang dengan tangan kosong dan perut lapar.
Tak ada pilihan lain. Mbah Parmin harus tetap tinggal di rumah yang hampir ambruk lantaran tak memiliki biaya untuk perbaikan.
Mbah Parmin berharap kepada pemerintah atau ada dermawan yang dapat membantu memperbaiki rumahnya.
Mbah Parmin juga sangat berharap kepada pemerintah daerah kabupaten Pringsewu khusus dinas terkait Dinas Sosial, agar dapat memperhatikan kondisi rakyat yang hidup susah seperti dirinya.
Kepada awak media mbah Parmin menuturkan “Semoga tidak ada lagi orang orang dikabupaten Pringsewu ini yang lebih parah dari kondisi saya”tuturnya
Red (Yudi/Rawi)