Sukoharjo – Polwan Polres Sukoharjo kini memiliki profesi baru, yakni penerjemah bahasa isyarat. Penggunaan bahasa isyarat untuk beberapa giat merupakan instruksi dari Kapolri, Jendral Pol. Listyo Sigit Prabowo.
“Iya benar, kami kerahkan Polwan Polres Sukoharjo yang memiliki keterampilan dalam menggunakan bahasa isyarat untuk dapat menerjemahkan informasi-informasi. Hal tersebut guna membantu kaum berkebutuhan khusus seperti tuna rungu dan tuna wicara dalam memperoleh informasi,” ujar Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, Minggu (27/2/2022).
Kapolres mengatakan, sebelum diterjunkan untuk menerjemahkan informasi-informasi yang diberikan, sebelumnya Polwan Polres Sukoharjo tersebut mendapatkan pelatihan dari Yayasan SLB ABC Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lebih lanjut, AKBP Wahyu, menjelaskan bahwa pelatihan bahasa isyarat merupakan salah satu implementasi dari Road Map Program Prioritas Kapolri untuk transformasi menuju Polri yang Presisi.
“Yaitu dengan membangun sarana prasarana yang berorientasi pada HAM dan kelompok rentan, termasuk penyiapan personel Polri yang mampu dan mahir dalam penguasaan bahasa isyarat,” tandasnya.
Salah satu Polwan Polres Sukoharjo yang sudah menguasai bahasa isyarat adalah Briptu Nike Widya Apsari.
Debut pertamanya sebagai penerjemah dilakukan saat acara jumpa pers ungkap kasus di Mapolsek Grogol, dimana saat Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan memberikan keterangan, langsung diterjemahkan dengan bahasa isyarat.
Bagi Briptu Nike mendapatkan kesempatan menjadi penerjemah jelas membanggakan dan itu akan selalu dilakukan agar penggunaan bahasa isyarat semakin lancar.
“Ya, kami senang akhirnya bisa dipercaya menjadi penerjemah bahasa inysarat. Ini Pada awalnya sih grogi akhirnya terbiasa juga. Ini adalah debut pertama saya setelah sempat mendapatkan pelatihan bersama teman-teman Polwan lainnya,” ungkap Briptu Nike.
Briptu Nike mengatakan, untuk dapat lancar menggunakan bahasa isyarat, dirinya mengaku harus sering menjalin komunikasi dengan siswa SLB tuna rungu.
Dari situlah didapat beberapa kosakata yang akhirnya bisa dikembangkan sebagai modal untuk penerjemah.
“Untuk kursus bahasa isyarat sih sangat kurang karena hanya beberapa kali tetap muka. Namun saya mencari refrerensi untuk menambah kosakata perbendaharaan bahasa,” ujarnya.
Selain Briptu Nike, Polwan Polres Sukoharjo yang menguasai bahasa isyarat adalah Bripda Bintari Nurhidayanti. Dia merupakan Polisi Wanita asal Sukoharjo, kelahiran 1998.
Bripda Bintari mengaku tertarik belajar bahasa isyarat guna menambah wawasan serta untuk membantu menyampaikan informasi kepada semua lapisan masyarakat, termasuk kepada kaum berkebutuhan khusus.
Kemudian ada Briptu Jelang Pinka Pramadhani. Polwan berusia 26 tahun ini tertarik dengan bahasa isyarat karena dapat membantu kaum berkebutuhan khusus dalam memperoleh informasi.
Briptu Pinka mempunyai pesan motivasi kepada para difabel untuk tetap semangat dan melakukan yang terbaik, karna kita berharga. Dan berpesan kepada masyarakat umum untuk tidak takut berkomunikasi dengan teman-teman difabel, karena mereka juga butuh diperlakukan sama dengan kita.
Untuk yang keempat adalah Briptu Listyana Candra Dewi, Polwan yang sudah memiliki satu anak ini mempunyai pesan motivasi kepada para difabel untuk tetap semangat dan berkarya walaupun dengan keterbatasan. Dan pesan kepada masyarakat umum untuk jangan malu dan takut bergaul dengan difabel, karena mereka juga berhak membaur bersama kita.
Dan yang terakhir yaitu, Briptu Nur Aini Dwi Pratiwi. Polwan istri dari anggota Brimob ini mempunyai pesan motivasi kepada para difabel untuk tetap semangat dan menjadikan keterbatasan sebagai kekuatan. Serta pesan kepada masyarakat umum untuk dapat merangkul teman-teman difabel supaya mereka tetap percaya diri dalam bermasyarakat.
Vio Sari/Humas