Denpasar – Pernyataan Hilarius Mali dan Emanuel Dewata Oja yang mengklaim diri sebagai sesepuh NTT di Bali dan meminta Satgas Flobamora Bali hingga ke unit-unitnya dibubarkan, dikecam keras Satgas Flobamora Bali. Ketua Satgas Flobamora Bali Marthen Rowa Kasedu, Ketua Satgas Ikatan Keluarga Manggarai Bali (IKMB) sekaligus penggagas Satgas Flores Agustinus Bugis, Ketua Satgas Flores Robertus Corly dan penasihat Satgas Flores Boy Farano serta para pengurus lainnya tak hanya mengecam tetapi juga mengutuk klaim yang tidak berdasar tersebut. Hal itu terungkap dalam konperensi pers yang digelar di Sekretariat Flobamora Bali di Jl. Tukad Musi I/5 Renon, Denpasar, Jumat (18/03/2022) malam.
Menurut Marthen Rowa Kasedu, Satgas Flobamora Bali selaku pengabdi sosial yang selalu hadir dalam setiap kegiatan suka maupun duka yang menimpa paguyuban Flobamora Bali yang diakui oleh Pemerintah Bali, jadi bukan Ormas. Sedangkan Hikmast (Himpunan Keluarga Matawai Amahu Sumba Timur) adalah salah satu paguyuban yang ada di bawah Flobamora Bali. Satgas Flobamora Bali bekerja secara sukarela, tidak ada yang membayar. “Kamilah garda terdepan turun ke lapangan kalau ada warga bermasalah. Kami juga yang selalu membantu Kesbangpol, Satpol PP, polisi, dan TNI saat diminta,” sebutnya.
Jika ada yang mengaku sebagai sesepuh NTT di Bali dan pembentuk Satgas Flobamora Bali, itu tidak benar. Yang namanya sesepuh adalah orang yang memiliki sentuhan terhadap Flobamora. “Sejak saya jadi Ketua Satgas Flobamora Bali dari tahun 2015 sampai sekarang, saya tidak pernah melihat keterlibatan Hilarius Mali dalam membentuk, membina bahkan berkontribusi kepada Satgas Flobamora Bali. Jangankan yang besar, satu gelas air aqua aja belum pernah. Jadi mohon jangan melakukan pembohan publik. Kalau ada yang pernah dia keluarkan atau korbankan untuk Satgas, datang dan bicarakan dengan saya, saya siap kembalikan itu,” kata Marthen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bagi Marthen, kata sesepuh itu memiliki nilai sakral dan sangat dihormati. “Kami tidak mengenal orang yang mengaku sesepuh di luar Flobamora Bali. Kalau Hilarius Mali mengaku sesepuh, kenapa dia mau dipukul oleh anak NTT? Dia yang mencari perlindungan kepada Yusdi Diaz sebagai Ketua Flobamora Bali dan prof. Ardy Ganggas sebagai ketua 1 Flobamora Bali,” katanya.
Marthen Rowa menegaskan, Satgas Flobamora Bali, adalah relawan sosial yang siap hadir kapanpun, di manapun, ketika ada warga NTT bermasalah. “Mereka-mereka pasti melihat, pasti mendengar perkembagan dari tahun 2015 sampai hari ini. Kemarin-kemarin masih banyak anak NTT dengan anak NTT. Kupang sama Flores. Flores sama Sumba, Sumba sama Kupang sering berantam. Sampai saat ini sudah hampir tidak terdengar. Karena apa? Peran serta senior-senior yang kami rangkum dalam bungkusan kata Satgas, yang saya libatkan dalam Satgas itu adalah pentolan-pentolan anak muda yang mampu dijadikan figur oleh anak-anak kami dari NTT sehingga sampai saat ini (kasus kriminal) di polsek-polsek mulai berkurang. Jadi kalau ada yang tidak paham dengan Satgas Flobamora Bali, datanglah tanya kepada kami,” bebernya.
Menjawab wartawan tentang adanya faksi dalam Flobamora Bali, Marten Rowa Kasedu tegas membantahnya. “Mereka yang sibuk mencari keuntungan-keuntungan pribadi, kalau kami sibuk mengurus warga-warga kami. Jadi memang motivasinya berbeda bang. Tapi kalau dibilang ada perpecahan di tubuh kami, saya rasa tidak pernah ada perpecahan, kami selalu solid. Hanya, itu adalah oknum yang tidak sadar dengan benar peran serta paguyuban keluarga dalam kegiatan sosial,” ucapnya.
Marthen memberi contoh dalam kasus kriminal yang menjadi korban warga NTT di Bali. “Mereka yang mengaku wartawan senior di “pihak sebelah” tak pernah peduli. Mereka selalu bilang, wah kasus ini kalau dinaikan tidak laku, tapi kalau ada warga NTT yang terlibat kriminal, mereka senang sekali menulis itu berhari-hari,” ujarnya.
Menjawab salah seorang wartawan terkait tanggung jawab Satgas dalam kasus pertandingan futsal yang diadakan oleh Hikmast, menurut Marthen seharusnya Hilarius Mali bertanya langsung kepada saudara ketua panitia bernama Jois, yang ada di samping Hila saat mereka jumpa pers. Satgas Hikmast itu bekerja karena ada penugasan dari saudara ketua panitia.
Lebih jauh Marthen menjelaskan, ada dua kategori warga NTT di Bali. Pertama, warga yang menjadi anggota Flobamora dan terlibat dalam setiap kegiatan Flobamora, dan yang kedua adalah warga NTT di luar Flobamora Bali. Dan yang berhak membubarkan satgas yakni prof.
Ardi Gangga dan Yusdi Diaz. “Kalau Hila Mali mengaku sebagai ketua paguyuban tertentu, siapa yang melantik dia? Mana SK-nya?,” tanya Marthen.
Ungkapan kegeraman atas penyataan Hilarius Mali dan Emanuel Dewat Oja juga ditunjukkan oleh Robertus Corly. Pria yang akrab dipanggil Roby ini menegaskan, orang-orang di luar yang meminta Satgas Flobamora dibubarkan tidak kami kenal, baik di unit maupun Flobamora Bali. “Kami ini kerja sosial, tengah malam mereka tidur, kami turun kalau ada warga bermasalah, kami tinggalkan anak istri. Kadang istri juga ngomel-ngomel karena kami terlalu sering di luar,” ungkap Roby.
Mempertegas pernyataan Marthen Rowa, Agustinus Bugis menjelaskan kegiatan Flobamora Bali maupun Satgas Flobamora Bali lebih memprioritaskan pelayanan kepada warga yang membutuhkan. “Namun ada motivasi yang dilakoni oleh oknum-oknum tertentu yang lebih berorientasi pada kepentingan pribadi, itulah makanya mereka tak betah bersama kami, lalu kalau ada yang meminta Satgas Flobamora Bali dibubarkan, siapa you,” sindir Agus Bugis.
Agustinus Bugis bersama Satgas Flobamora Bali malah menantang Hilarius Mali dan Emanuel Dewata Oja siap bertemu untuk klarifikasi pernyataan mereka yang meminta pembubaran Satgas Flobamora sampai ke unit-unitnya. “Di manapun tempatnya kami siap hadir kalau memang pernyataan sikap kami ini membuat mereka tidak tidak senang, asalkan mereka yang mau klarifikasi,” tegas Agus Bugis.
Penasihat Satgas Flores Boy Farano juga angkat bicara menyentil Hila Mali. “Hila Mali itu saya kenal baik, tahu persis siapa dia dari dulu, jangan coba-coba ganggu Satgas Flobamora Bali. Saya hanya mau bilang, tolong sampaikan ke dia, ada salam dari Boy Farano,” sentil pria asal Bajawa ini.
Pada akhir konperensi pers, Marthen Rowa Kasedu, Agus Bugis dan Roby Corly dan kawan-kawan menegaskan, sampai kapanpun pihaknya akan tetap menjaga marwah Flobamora Bali
Red: Daud Nani